Wednesday, August 29, 2007

I've Gone This Far, and U're Not Even A Half of It

Setiap orang pasti sudah dan ingin memiliki keberhasilan atau pencapaian. Entah itu keberhasilan atau pencapaian dalam pengertian yang besar dan umum, seperti keberhasilan mendapatkan prestasi, gaji besar, uang banyak, menjadi kaya, naik jabatan, dan hal-hal lainnya, yang kita tau kita bisa sebut itu sebagai sebuah keberhasilan atau pencapaian.

Well, selain keberhasilan-keberhasilan yang umum seperti itu, ada juga keberhasilan-keberhasilan yang kadang bisa lah dianggap keberhasilan ‘kecil’ dan ‘tidak begitu terlihat’ atau lebih tepat disebut keberhasilan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Atau pencapaian-pencapaian kecil. Atau bahkan bisa disebut pencapaian-pencapaian yang ‘dalam’.

Salah satu contoh adalah dikantor tempat kita bekerja, kita mendapatkan score tertinggi sebuah game dikomputer dibandingkan teman-teman sekantor lainnya. Atau misalnya juga, ada yang berhasil menurunkan berat badan. Juga ada yang berhasil mengatasi ketakutan akan sesuatu yang sudah dari dulu ada. Berhasil untuk menjadi orang yang tidak pernah mengeluh lagi, juga bisa dijadikan contohnya. Atau berhasil menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Berhasil lepas dari kelemahan-kelemahan yang selama ini ada. Atau bahkan berhasil menjadi ‘orang yang baru’. Keberhasilan-keberhasilan yang seperti ini yang saya sedang bicarakan!

Tentunya besar-kecilnya nilai dan sedalam apa artinya keberhasilan-keberhasilan atau pencapaian-pencapaian ini tergantung dari masing-masing orang yang menjalaninya.

Dan saat keberhasilan-keberhasilan atau pencapaian-pencapaian ini teraih, kita merasa puas. Kita mungkin saja merasa kita sudah melakukan hal besar dalam hidup kita, dan tak bisa dipungkiri, ada rasa bangga disitu. Ya, itu adalah hak masing-masing untuk merasakan apapun dari keberhasilan-keberhasilan atau pencapaian-pencapaian itu. Berbangga hati, silakan. Senang, why not? U deserve it. Yes, u do.

Tapi kadang pada akhirnya kita juga menjadi lupa, karena mungkin terlalu senang atau terlalu puas, atau bahkan terlalu bangga, ada orang disekeliling kita yang kita kenal, atau ada juga yang kita baru kenal, yang kebetulan tidak seberhasil kita, kita anggap dia tidak sebagus atau sehebat kita. Yang memiliki score tertinggi dalam game di komputer lantas menganggap yang lebih rendah score-nya itu payah. Yang merasa berhasil menurunkan berat badan, melihat mereka yang masih memiliki berat badan berlebih, lantas jadi agak mencemooh. Seolah si gendut tadi tidak punya usaha sehebat kita hingga akhirnya bisa selangsing kita sekarang ini.


Atau sama halnya dengan si penakut yang kita jumpai. Kita merasa dirinya itu payah sekali, karena tidak seperti kita yang sudah lama sekali tidak kenal lagi dengan ‘si penakut’ paling lama yang kita kenal yaitu diri kita sendiri. Dan kita sudah menjadi pemberani sekarang.

Sementara itu sama halnya dengan ‘si tukang mengeluh’. Padahal dulu kita pernah jadi tukang mengeluh seperti dia. Hanya saja sekarang kita sudah buang jauh-jauh kebiasaan kita yang satu itu. Dan setiap hari kita mendengar keluhan-keluhan kecil darinya, seperti kata-kata, “aduh cape..”, “aduh kerjaan banyak banget”, “aduh pusing gue, susah banget sih!”, dan keluhan-keluhannya yang lain. Dan saat mendengar itu, otomatis yang terlintas dalam pikiran kita atau bahkan mungkin sempat terucap adalah, “Ya ampun, baru segitu aja. Coba kalo kerjaan lo kaya gue? Bisa mati lo!” Hmmm…, iya kan?

Atau ada kasus lain yang agak sedikit lebih ‘dalam’, yaitu kita sekarang adalah orang yang telah menjadi orang yang ‘baru’. Karena kita telah lepas dari segala kelemahan-kelemahan yang ada didiri kita. Usaha kita dalam memerangi kelemahan-kelemahan itu sudah yang terbaik. Dan itu berhasil! Tapi pada akhirnya kita bertemu dengan seseorang yang masih dilanda dengan kelemahan-kelamahan yang dulu pernah kita miliki. Tidak jauh berbeda dengan hal-hal diatas lainnya, kita lantas beranggapan bahwa kita lebih baik, lebih bagus, dan orang itu tidak. Bahkan kita anggap dia itu ‘cemen’.

Atau contoh-contoh lainnya yang pastinya pernah terjadi dalam hidup kita.

Pendeknya, bahwa siapapun yang tidak ‘seberhasil’ kita dalam mengatasi hal-hal seperti contoh diatas, berarti mereka tidak ada ‘seujung kukunya’ dibanding kita.

Mempunyai rasa bangga, rasa puas terhadap keberhasilan-keberhasilan ini justru sebenarnya sangat perlu. Walau bagaimanapun, manusia memang harus memiliki pencapaian-pencapaian dalam hidupnya meski itu hal-hal yang kecil sekalipun. Itu hak masing-masing.

Tetapi alangkah amat disayangkan, jika keindahan dari kebanggaan akan keberhasilan-keberhasilan atau pencapaian-pencapaian ini menjadi rusak hanya karena kita berubah menjadi orang yang memandang mereka yang tidak seberhasil kita itu remeh. Ini adalah sebuah kesombongan. Apakah kita mau merelakan sesuatu yang kita capai itu berubah menjadi sebuah kesombongan? Dan apa yang kita capai itu pada akhirnya hanya menjadi sebuah ketololan belaka. Membanggakan sesuatu yang kita anggap sebagai sebuah pencapaian, tetapi malah jadi tidak ada artinya sama sekali, hanya karna kita menyombongkannya. What a shame..


Sebuah pencapaian, keberhasilan-keberhasilan, akan jauh lebih bermakna jika kita bisa lebih menghargaimya lagi dengan tidak merusaknya. Yaitu dengan tidak menyombongkannya. Dan bahkan sebenarnya ada hal yang bisa kita lakukan untuk mereka yang belum mencapai pencapaian yang sudah kita miliki sekarang ini. Yaitu tentu saja dengan memberikan mereka nasehat-nasehat atau saran-saran. Walau bagaimanapun kiat-kiat kita dalam sebuah pencapaian bagaimana kecilnya pun itu, sangat berguna buat mereka. Sebuah sisi positif kan? Dan yakinlah, pasti mereka amat berterima kasih karena ini.

Tapi perlu diperhatikan juga, cara yang kita pakai untuk ini. Apakah ujung-ujungnya ini malah membuat kita memang terlihat sombong atau memang sudah sesuai dengan porsinya. Dalam arti, kita tidak malah menjadi seorang yang ‘mentang-mentang’ atau ‘belagu’. Dan kita harus sadar betul itu.

So, biarlah kebanggaan itu tetap ada disitu. Hargailah pencapaian yang sudah kita raih itu. Dan satu hal lain yang sangat penting lainnnya adalah hargailah mereka yang belum sampai ke pencapaian yang sudah kita raih. Dan bukan berarti juga kita itu lebih hebat dari orang-orang yang kita anggap payah itu. Tidak ada satu apapun yang membuat kita jauh lebih tinggi dari orang lain, kan? You are not half a person you think you are, if you have this thought. Underestimate someone just bcoz they’re not as good as u are rite now? Oh.., please!

Ingatlah, we’ve been there before. Dan kini kita telah berhasil melewatinya!
Silakan berbangga. But be beautifully proud! Nikmatilah keberhasilan-keberhasilan atau pencapaian-pencapaian itu. Dan jangan pernah merusaknya.

1 komentar:

Anonymous said...

Hehehe. Iya sih. But maybe, it's because, giving up is so much easier to do then fighting.
Right ?.
Giving up kan gak pake usaha,bo.
Cuma tinggal nyerah aja.Selesai.
Tapi yah,kl menurut aku,justru the whole "fighting" gives the real essence in life. Because what is life without a little struggling. RIGGHHTT ?^^.