Monday, December 17, 2007

Everybody’s Nice to Me, U Know It!

Saya adalah seorang pengobrol, yang bolehlah disebut sebagai pengobrol yang kuat. Dalam pengertian, saya bisa saja ngobrol sampai berjam-jam. Apalagi jika saya menemukan teman ngobrol yang tepat menurut saya. Segala macam obrolan bisa kami lahap habis. Dan seringkali obrolan kami itu menghabiskan waktu kami.

Saya suka membicarakan apa saja. Mulai dari hal-hal yang sepele sampai mungkin hal-hal yang ‘dalam’. Dan tentu saja saya dan teman mengobrol saya paling sering saling mengutarakan isi hati. Segala uneg-uneg yang ada. Curhat.

Mulai dari curhat kejadian sehari-hari, sampai curhat tentang sesuatu yang mungkin bisa dibilang rahasia. Ini tidak hanya berlaku buat mereka yang menjadi teman dekat saya saja tentunya. Sering juga saya mendengarkan curhatan mereka yang sebenarnya tidak terlalu dekat dengan saya.

Dan dari semua curhatan-curhatan itu salah satunya adalah saya sering mendengarkan mereka curhat tentang betapa baiknya orang-orang disekitar mereka. Tentunya ini adalah kabar yang baik. Sayapun turut senang akan hal itu.

Tapi kadang ada beberapa orang yang bercerita tentang perlakuan baik yang mereka terima dari orang lain, diperlakukan dengan hormat, dan terdengar mereka diperlakukan seolah mereka memang sangat luar biasa sekali. Bahkan lebih dari itu, ada dari mereka yang seolah-olah memiliki hak khusus untuk diperlakukan istimewa. Mulai dari teman-teman mereka, keluarga, sampai bahkan atasan mereka.

Misalnya tentang betapa baiknya atasannya kepadanya. Datang terlambat bukan hal yang sama sekali jadi masalah. Pulang lebih dulu dari jam yang sudah ditentukan? Ya boleh-boleh saja! Mengapa tidak. Dan tentunya jika keorang lain, belum tentu sang atasan berlaku begitu. Bahkan jika yang melakukan ini orang lain, maka mereka harus menerima sangsi. Tapi jika dia yang begitu, tentu saja tidak!

Atau ada juga yang bilang bahwa orang-orang disekitarnya selalu memperlakukannya dengan baik dan hormat, sampai-sampai hal-hal yang terkecilpun selalu ia disertakan. Atau dengan kata lain, jika tidak ada dia, maka the show will not go on. Beberapa kali pula saya kenal dengan seseorang yang seperti ini yang bilang jika saya menyebut namanya saja, maka nantinya dijamin semua orang akan memberikan apa yang saya perlukan. Cukup dengan menyebutkan namanya saja. Hmm, seolah seperti kata-kata ajaib yang dipakai untuk membuka pintu goa yang berisi harta karun yang melimpah.

Contoh lainnya juga misalnya seseorang yang bukan siapa-siapa akhirnya kenal seseorang yang memiliki kedudukan. Atau bisa juga seorang selebriti. Sang selebriti dan orang yang punya kedudukan ini akhirnya baik padanya. Lantas ia bilang kesemua orang bahwa sang selebiriti dan orang yang punya kedudukan itu, itu dekat sekali dengannya. Dan saat ia mengatakan itu, kedua jari telunjuknya ia pautkan seolah menyerupai anak rantai yang terpaut satu sama lain. Ia juga mengatakan suatu hari nanti mereka akan memberikan jaminan kenyamanan dan kemudahan dalam hidupnya kelak. Entah itu mendapat pekerjaan baru yang lebih baik dari yang sekarang dia punya, atau keyamanan-kenyamanan dan kemudahan-kemudahan lainnya. Lalu diujung pembicaraan ia mengatakan bahwa hanya dirinyalah yang bisa diperlakukan seperti itu dibandingkan yang lainnya.

Dan contoh lain bisa juga adalah tentang seseorang yang sedang melakukan perjalanan disuatu tempat. Ia selalu mendapatkan hak istimewa dari teman-temannya. Dalam arti kata, selalu mendapat perlakuan yang enak-enak. Dijajanin ini lah, itu lah. Diberi tempat duduk yang lebih nyaman dari yang lain lah. Gratis tinggal beberapa hari dihotel ini lah. Dan semua itu, tanpa mengeluarkan uang sepeserpun! Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Hal seperti itu sih memang mungkin sudah menjadi rejeki mereka kenapa sampai ia diperlakukan seperti itu. Tapi sayangnya, sepertinya terdengar berlebihan saat diceritakan. Karena ujung-ujungnya selalu ada atau seolah-olah ada kata-kata, ‘kalau orang lain, belum tentu diperlakukan seperti itu’. Ya, baik yang terucap maupun yang hanya tersirat saja.

The point is, mereka hanya ingin mengatakan, “…tidak ada orang lain yang diperlakukan sebaik aku! Aku ini beda! Aku luar biasa! Aku ini mempunyai keistimewaan yang bisa membuat orang jadi berlaku baik terhadapku! Aku memiliki kemampuan yang membuat orang lain menjadi begitu menghargaiku!”

Hey, kita memang harus selalu bersyukur atas apapun yang kita miliki, yang kita dapati, meski itu adalah hal yang sangat kecil sekalipun. Dan tentu saja diperlakukan baik oleh orang lain adalah hal yang sangat tepat untuk kita syukuri. Dan kalaupun memang perlakuan-perlakuan istimewa itu benar adanya, agaknya kita jangan sampai lupa, kalau hal itu bukan menjadikan kita menjadi lebih dari orang lain.

Rasa bangga akan hal itu? Mengapa tidak? Kita boleh berbangga hati memiliki apapun yang menurut kita pantas untuk kita banggakan. Itu hak kita kok. Tetapi jika hal yang sangat baik ini berubah menjadi sebuah kebanggaan yang hanya berbuntut sebuah kesombongan, lebih baik kita menyadari sudah sampai dimanakah kebanggaan itu kita bawa. Atau justru bahkan bukan membanggakannya, tapi karena benar-benar ingin menyombongkannya semata? Oh, no!

But hey, I’m not talking about proud ness rite now. I don’t even want to talk about it. Sayapun juga tidak lantas menilai bahwa cerita-cerita atau curhat-curhat seperti ini bohong dan hanya sombong semata tentunya.

Adalah lebih baik kita menyadari bahwa kebaikan orang kepada kita bukanlah untuk disombongkan apalagi seolah kita memiliki hak istimewa segala. Oooohhh… no,no,no..!

“Everybody’s nice to me, u know it!”
Bagaimana jika dirubah jadi, “Everybody’s nice to me. Thanks God.”
Hmm..,

6 komentar:

Anonymous said...

We have better to be nice to everybodys

Anonymous said...

sebelumnya gw ucapiin selamat dah... buat yg ngedapetin rejeki seperti yh loe bilang..enak banget punya atasan yg kaya gitu...tapi ingat!!!!!!...
zaman sekarang ini kalo ada yg berbuat baik secara agak berlebihan harus ati ati... buntut nya itu lo yg kaga nahaaannnn......pasti ada maunya ato pun ada yg lagi diincar ama loe......

Anonymous said...

hm..pertama2,ijinkanlah saia utk mengatakan.. " LAPERRR EUYY!!! ".. Ok.. " Misalnya tentang betapa baiknya atasannya kepadanya ".. saia kenal ni org yang begini gelagatnya. hahaha.. Pdhl,dulu,waktu awal2 kita semua pd msh training, dia ga se"belagu2" itu juga,cuma krn sering dipuji ama bos,jadinya senga' gitu.Selalu nyari2 alesan buat nyelipin cerita kl hari ini dia dipuji ( again ! ).
Mgkn sbnrnya mrk ga ngeliat itu semua sbg wujud kl people are nice to them,tp sbg celah utk bisa " PAMER ".
kalo mrnt gw sih gitchyu..

Anonymous said...

hmm.. kayanya gw ngga tuh.. hahahaha..!! but kinda agree with miss. bitterness.. cuma ajang untuk pamer, dan pengen banget kalo orang2 tuh pada ngiri ama mereka.. dan ngerasa diatas angin pada saat seeorang bilang "duh.. enak banget loe yaa punya bos/temen/etc kaya gitu..".
Mereka pasti berasa kaya baru nenggak pitamin (gw ga enak nih kalo bilang drugs hehehe)..

dhiiiiian said...

HUmmmm....Banyak siy hal2 kya gitu yang sering terjadi dikehidupan kita sekitar.
Masalah bos yg mengijinkan salahsatu karyawannya untuk pulang sebelum waktu nya or telat tapi gak jadi masalah...klo itu siy kya nya "anak emas" yah....

Humm....klo gw salah satu orang yg mendapat keberuntungan seperti itu, kya nya gak penting bgt deh untuk menyombongkan diri...

Kebetulan gw punya Temen yang notabene Om nya itu pemeran utama sinetron si Doel, tapi sejauh gw kenal sama dia gak pernah sekalipun dia menyebut nama Om nya untuk keperluan menyombongkan diri..

Dan klo gw pribadi siy, akan lebih bangga ko gw berhasil dengan jerih payah dan usaha gw sendiri bukan dari "embel - embel" nama orang yg terkenal...
ihhh please Deh ....

Anonymous said...

You write very well.