Monday, March 10, 2008

Do We Need to Fall Just to Know How to Fly Higher?


Setiap orang punya pengalaman buruk dalam hidupnya. Dan dari pengalaman itu akhirnya kita bisa mengambil hikmah atau paling tidak, tau rasanya mengalami hal yang buruk itu. Ada yang putus cinta, dimusuhi orang, pertemanan yang jadi tidak sebaik sebelumnya, dan masih banyak lagi hal-hal yang serupa.

Dan tidak bisa dipungkiri banyak juga dari hal-hal yang buruk itu membuat kita jadi trauma. Walau alangkah sangat baiknya jika hal-hal buruk tersebut tidak pernah menjadikan kita trauma, tetapi justru menjadikan kita lebih kuat, lebih pintar, dan lebih bijak.

Seorang gadis lugu selalu sedih jika putus cinta. Tetapi pada kesekian kalinya ia putus cinta, ia tidak merasakan lagi kesedihan yang sama seperti pada saat ia putus cinta sebelum-sebelumnya. Ia kini sudah bisa mengambil segala sesuatu yang baik untuknya dari pengalamannya itu. Ia jadi lebih kuat menghadapi itu. Kini ia merasa hal itu bukanlah hal yang bisa menghentikan langkahnya, menjadikannya terpuruk, berlarut-larut, dan menjadikannya sebagai akhir dari segala-galanya. Bahkan ia jadikan itu sebagai pemacu hidupnya agar jadi lebih baik.

Dimusuhi orang-orang disekitarnya menjadikan seorang pria berperangai buruk merasa tidak nyaman. Tetapi pada akhirnya ia mengubah perangainya menjadi lebih baik, karena sudah kesekian kalinya ia mendapatkan kesusahan dari perangainya itu, dan ‘jauh’ dari lingkungan sekitarnya. Setelah ia ubah itu semua, hidupnya jadi jauh lebih baik. Perasaan dimusuhi itu perlahan-lahan hilang. Dan ia merasa amat nyaman kini.

Dua orang yang bersahabat kini saling bermusuhan. Satu dari mereka membuat persahabatan yang mereka bina selama bertahun-tahun jadi berantakan. Yang satu merasa bersalah, yang lain merasa terjahati. Pada akhirnya mereka mencari jalannya masing-masing dan tidak bersahabat lagi. Si pembuat persahabatan antara mereka jadi buruk lantas merasa kehilangan dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal yang sama jika ia memiliki sahabat lagi. Ini ia lakukan karena persahabatan yang ia bina dengan sahabatnya dulu itu tidak mungkin bisa tersambung kembali. Sedangkan yang merasa terjahati itu tidak akan pernah sembarangan mempercayakan seseorang untuk menjadi sahabatnya.

Semua ada hikmahnya, semua ada sisi baiknya. Itu semua membuat kita lebih hati-hati, lebih bijak, lebih pintar dan tentu saja lebih kuat. Pengalaman mengajarkan seseorang untuk tidak menjadi orang yang melakukan hal yang pernah merugikan dirinya lagi. Sedih, berlarut-larut, dijauhi orang lain, hancurnya sebuah persahabatan, dan lain sebagainya. Pengalaman membuat seseorang lebih baik.

Tapi apakah perlu kita mengalami itu semua untuk jadi orang yang tau rasanya segala hal-hal yang menyakitkan itu? Apakah perlu kita beberapa kali jatuh cinta dan akhirnya putus untuk tau rasanya sakit hati karena cinta? Apakah perlu kita dimusuhi orang-orang dilingkungan kita untuk berubah menjadi orang yang berperangai baik? Atau juga, apa perlu kita bersahabat lantas kita sakiti sahabat kita untuk akhirnya menjadi orang yang menghargai persahabatan? Dan pula apakah perlu kita berhati-hati memilih sahabat dengan mengalami persahabatan yang merusak dan menyesakkan terlebih dahulu?

Tidak. Kita sebenarnya tidak perlu itu. Kita seharusnya tidak perlu harus jatuh terlebih dahulu untuk tau bagaimana melakukan hal yang terbaik untuk mendapatkan hal yang baik dalam hidup kita. Bukankah kita harus selalu melakukan yang terbaik dalam hidup kita? Dan melakukan yang terbaik itu bukan berarti dilakukan pada saat kita sudah terjatuh lebih dulu. Atau pada kesempatan yang kedua. Kesempatan yang ada setelah rusaknya kesempatan yang pertama. Ini seperti seorang murid sekolah yang tinggal kelas terlebih dulu untuk akhirnya punya keinginan untuk belajar dengan giat. Toh, jika ia sudah giat sejak awal, tak perlu tinggal kelas segala 'kan?

Dan antara lain, kita juga bisa dengan mendengarkan atau tau dari orang lain. Dari orang-orang yang sangat baik yang mau menceritakan atau membagi pengalamannya kepada kita bagaimana hal-hal seperti itu pernah mereka alami. Atau mungkin tidak secara langsung bercerita atau berbagi dengan kita, tetapi sempat kita mendengar ceritanya. Dan dari apapun yang bisa menginspirasikan kita lainnya. Misalnya kita membaca buku, artikel dan film, bahkan lagu. Kita bisa terinspirasi untuk menjadi orang yang baik dan lebih baik. Kita tidak perlu mengalami hal-hal yang buruk itu terlebih dahulu untuk menjadikan diri kita lebih kuat, labih bijak, lebih pintar, dan pastinya lebih baik. Atau tau rasanya sakit hati dengan cara mengalaminya sendiri.


Kadang kita memang menganggap cerita pengalaman seseorang adalah hanya sebuah cerita seru yang ia alami. Atau mungkin kita merasa kasihan padanya. Atau bisa jadi kita hanya menganggapnya angin lalu. Atau hal-hal lain yang sebenarnya bisa sangat menginspirasikan kita, hanya kita anggap sebagai hiburan atau semacamnya. Padahal inilah salah satu kesempatan kita untuk menjadi orang yang lebih baik dan orang yang lebih siap menghadapi kemungkinan yang buruk tanpa harus melalui, katakanlah, ‘ujian-ujian’ terlebih dahulu. Toh, jika kita akhirnya berada diposisi seperti yang mereka alami, kita seolah adalah orang yang sudah sangat berpengalaman. Seolah kita sudah pernah melewatinya dan tau rasanya. Kita sudah bisa menanganinya. Dan akhirnya kita bisa jauh lebih baik dari yang lebih baik karena akhirnya pernah mengalaminya juga.


Kemungkinan rasanya dan tidak akan sama, dan mungkin yang akan terjadi tidak akan persis sama dengan hanya mendengar atau melihat pengalaman orang lain dibandingkan mengalaminya sendiri. Tapi paling tidak, mungkin akan jauh lebih baik ketimbang kita tidak tau apa-apa. Dan jika kita buka mata, pasang telinga, kita tidak perlu sampai akhirnya terpuruk, berlarut-larut dan mungkin putus asa.

Ya, kekuatan diri kita sudah seharusnya kita bangun sebelum hal-hal itu terjadi. Semua itu bisa terjadi jika kita percaya bahwa kita mampu tanpa hal itu terjadi terlebih dahulu.


So, tak perlu jatuh dulu untuk berdiri lebih tegak. Atau menjadi orang yang baik itu tidak perlu menjadi orang yang jahat terlebih dahulu. Dan jangan takut untuk apapun. Jalan terus. Kita sudah tau, dan akhirnya kita sudah siap!
Hmm, are you ready?

15 komentar:

Anonymous said...

SETUJUUUU JE.
AND GW TERINGAT SEBUAH PANDUAN UNTUK KITA MANUSIA YAITU AL-QUR'AN.DAN ITU IS VERRY-VERRY KUMPLIT,GMNA GA' KUMPLIT.YANG BIKIN AJA YANG BIKIN MANUSIA, SIAPA LAGI KLO BUKAN 4JJI S.W.T

-achmad solihin

ardhi nugraha said...

klo mnrtku semua tergantung dari kita, kita mo bersikap baik or jahat...semua tergantung dari pikiran dan hati kita...

aku support for achmad solihin...

Armstrong da Jimmy said...

hehehe, gw kadang juga seh ngalami depresi berat tentang kehidupan? contohnya seperti: ga mudah percaya ama orang? coz masa lalu gw yg penuh akan manusia picik nan licik (dan itu membuat gw trauma)... dan sampe skarang gw ini jd ga terlalu mau ngambil pusing tuk mikirin orang laen,boro boro sampe jatuh cinta sama seseorang (tapi masih normal suka sama cewe)... Tapi untung aja seh gw masih punya kepercayaan (ALLAH SWT), itulah tempat gw curhat akan kehidupan gw... klo itu ga ada?? gw ga tau dah jadi apa neh gw?

Dan skarang2 ini klo ga ada yg mo temenan, ato ga mo care gitu ama gw, gw cuman bilang "leave me alone, it more better for me than beside people that i cant trust, but actually when someone or people care of me, i will change it with more care with that people"

hehehe...

or loke my principle "no body care, never mind"

Anonymous said...

To Achmad:
I couldn't agree more with u! u're so right. walau gw ga pernah nyangka dapet comment dari lo (dia temen SMU gw.red) apalagi ga taunya isinya nyambung ama Tuhan.

To Ardhi:
lebih baik jadi orang baik ajalah. serem amat kalo harus jahat2 segala, hehehe..

To Armstrong:
jgn jadiin sbg trauma. mending buat pelajaran. and trust me, i could be a good friend kok..

Anonymous said...

Setuju!!!!
Itulah gunanya kita bergaul dan membaca, karena kita dpt mengetahui & belajar tanpa hrs mengalaminya terlebih dahulu. Pun kalau mengalaminya , kita tak perlu terpuruk. Ingat Tuhan menyayangi kita. Berdoa meminta bimbinganNya dan bangkit berdiri.
LIfe is beautiful.

"IN"

Anonymous said...

Mungkin kita perlu perdalam prinsip keseimbangan

Anonymous said...

gw pernah nyampe dalam titik terendah hidup gw. berlarut-larut gw dalam titik tersebut.

gara-gara quote yang paling gw suka.

"hidup hanya ada di hari ini, bukan besok dan juga bukan kemarin"
dale carneige

ternyata gw sadar, hidup gw hanya ada di hari ini, bukan kemarin. so... kenapa kita memusingkan banyak waktu karena masalah yang lalu.

toh bukannya tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk hari ini, ngapain kita tetap bertahan pada hal-hal yang telah terjadi.

move on

*yah.. walaupun gw terkadang masih teringat kejadian yang dulu, tapi bagi gw itu merupakan pelajaran yang benar-benar berarti buat gw.

hehehe... ternyata walaupun tidak mutlak, untuk terbang tinggi terkadang harus jatuh juga :)

matagirltilak said...

ternyata bukan gw aja ya,,
dulu gw pernah merasa terjahat, nd sekarang jadi susah percaya sama orang. takut di muka dua in lagi. trauma x ya..

Anonymous said...

gw trauma kalo gak punya duit...trus gak bisa ilang2 tuh traumanya...hehehehe..gimana dong???....

Ronn said...

Mind power!!!!!!!!!!!!!

apurie said...

kita tak pernah punya waktu yang cukup untuk menjalani kesalahan2 itu, maka itu kita cukup belajar dari pengalaman dan kesalahan orang lain.

Agun said...

yeah

Anonymous said...

REady bgt....
Setiap makhluk hidup pasti punya masalah, dan hanya orang2 bijak yang menganggap semua masalah pasti ada hikmah nya....
terbuktikan, pengalaman gak cuma datang dari diri sendiri, tapi pengalaman dari orang lain juga gak kalah penting buat kita pelajari dan diambil hikmah nya.

Anonymous said...

kadang perlu juga jatuh dulu baru bisa berdiri tegak.
kita mungkin dapat ilmu dari baca buku atau denger cerita orang, tapi kita tak dapat experience, ya tidak? :)

TJ said...

to cerita senja:
emang bener sih, cuma sayangnya kadang kita terlalu cuek. jadi ga mau alert. tau2 udah kejadian. nah, iniyang gw maksud. kita sering kebablasan dulu baru ngelakuin yang bener.